Senin, 21 Mei 2012

Lelaki di Sebuah Kisah Klasik

Kali ini jam kosong lagi. Aku mengeluarkan laptopku dengan tujuan memindah beberapa file dari Blackberryku yang sudah mulai penuh ke dalam file laptop. Sudah 2 jam pelajaran kulakukan berkutat dengan 2 benda ini. Lalu aku pun bingung harus berbuat apa lagi, biasalah..bukan orang yang suka bengong. Akhirnya aku mengambil buku tebal yang selama ini kubawa kemana-mana dengan tujuan agar aku selesai membacanya. Novel yang berjudul Rembulan Tenggelam di Wajahmu. Menarik, sarat dengan kisah dan petuah hidup. Baru kubaca 7 halaman, kuotak atik lagi laptopku karena aku melihat sinya WiFi menyala dengan sempurna. Kubuka halaman google chrome ku, sambil berpikir enaknya buka facebook ato yang laen yaah. Akhirnya kuputuskan unuk membuka blog ku ini. Jangan heran dengan aku yaah, seorang narsis yang selalu suka membaca tulisan sendiri. Tapi tulisan orang lain pun aku juga suka kog..

Pada saat, si mbah google mulai berganti dengan halaman blog ku, aku mulai memainkan scrool mouse ku. Lalu kubaca lagi postingan terakhir, dan saat itu mataku tertuju pada tanggal posting terakhir. 15 Mei 2012....hmmm, aku mengingat ingat dengan tanggal yang familiar itu. Ku urut siapa saja ato peristiwa apa saja yang terjadi pada tanggal itu. Lalu ingatan ku tertuju pada sebuah nama. *baiklah kita namai saja orang ini dengan nama LELAKI*. Secara kebetulan dia memang berjenis kelamin laki-laki 



Aku mengenal Lelaki pada saat aku kuliah semester 6. Di antara semester 6 menuju semester 7 ada kuliah yang bernama PPL 2...*aku ga bisa menyebutkan kepanjangannya karena jujur saja aku memang lupa :p*. Tapi biar sedikit aku jelaskan sebentar. Aku mengambil jurusan yang berlatar belakang pendidikan, dimana kelak semua jurusan yang berlatar belakang pendidikan ini dapat menjadi seorang guru. Di semua jurusan ini selalu ada mata kuliah yang bernama PPL, dan jumlahnya ada 2..PPL 1 dan PPL 2. Jika PPL 1 adalah mikro teaching (praktek mengajar) dengan skala kecil dan bisa diskenario. Maka PPL 2 adalah praktek mengajar di sekolah yang sesungguhnya, dimana tempatnya sudah ditentukan.






Baiklah..kembali ke Lelaki....!!! Jadi aku mengenal Lelaki pada saat aku mendapat tempat PPL di SMP Negeri 2 Madiun. Lelaki berasal dari jurusan Matematikadan aku dari jurusan Seni. Lelaki dan teman-teman yang lain memutuskan untuk menyewa kost2an yang berdekatan. Dengan tujuan agar memudahkan koordinasi. Sedangkan aku memilih untuk tinggal bersama budheku yang jaraknya lumayanlah dari tempat teman2ku. Tapi aku membawa motor sendiri dari Surabaya, sehingga kalo ada hal yang mendadak aku bisa langsung tancap gas ke sana. Ada seorang sahabat yang ikut kost diantara temen2 yang lain. Jadi aku lumayan sering, bahkan hampir tiap hari aku mampir ke kost mereka. Termasuk bermain ke kost Lelaki ini. Lelaki ini tipikal orang yang alim dan taat agama, sepertinya mang lom pernah pacaran sama sekali juga :p. Sebenernya kedekatanku dengan Lelaki memang bisa dibilang ga sengaja, dia adalah ketua rombonganku dan kebetulan juga bagian seksi sibuk n muter2 itu kita berempat..aku, Lelaki, sony n ajeng. Jadilah kita ber4 akhirnya sering pergi2 bareng menjelajah madiun. Dan sebenernya aku juga sangat seriiing sekali maen ke kost Lelaki daripada ke kost teman2 cewek. Sering juga aku mencurahkan semua kesal dan ceritaku pada Lelaki dan teman2nya. Pada akhirnya mungkin pepatah bahwa “Witining trisno jalaran saka kulina” mang berlaku. Memang bukan buatku, tapi untuk si Lelaki ini. Seorang teman Lelaki sampai menganggap aku sudah berpacaran dengan Lelaki. Karena kedekatanku dengannya, perhatian yang dia berikan padaku dan semua tingkah laku Lelaki yang menyiratkan bahwa dia mencintaiku..aiisshh... 

Hingga akhirnya suatu hari ada salah satu teman Lelaki bertanya padaku apakah aku sudah mempunyai pacar. Pada saat itu aku menjawab apa adanya “sudah”. Lalu tak kusangka teman Lelaki ini terkejut sambil meneruskan pertanyaannya padaku dengan setengah berteriak “Lha, kamu ma dia ngapain..???”. Aku tak kalah terkejutnya...emangnya aku ngapain dia..?? toh selama ini aku merasa seperti tidak apa2. Lalu seorang teman lagi bercerita padaku, tentang aku, tentang Lelaki, dan tentang perasaan. Katanya sebuah perasaan, meski tak terungkap, tapi masih bisa dilihat dengan mata. Semua yang sedang bercinta tampak jelas semua sinarnya. Itu tak tampak di mataku, tapi terlihat jelas di matanya, lanjut temanku itu. Tambahnya lagi..”kamu tau ga bahwa sebenarnya dia seperti merelakan semua aturan agama yang sudah melekat di dirinya sejak lama, agar demi dekat denganmu, agar kamu ngerti..meski tanpa kata, perbuatan menyiratkan cintanya”. Aku menarik napas panjang..oowwh, jadi selama ini begini ceritanya. Memang 3 bulan PPL ini memang banyak kemungkinan terjadi apa2. Dan nyatanya emang terjadi sesuatu. Pada saat itu aku hanya bisa diam, tanpa komentar sedikitpun.. Akupun bisa melihat jelas bagaimana perasaannya meski tak terungkap..yaah, sampai hari terakhir PPL ini berakhir tak juga sepatah kata yang terungkap dari mulutnya. Tapi aku bisa melihat jelas dengan caranya menggenggam erat tanganku saat aku terakhir mengunjunginya..dan dia pun meneteskan air mata...oowwhh co cweett.. J. Singkat cerita akhirnya kita bertemu lagi di upacara penutupan PPL di lapangan kampus. Lelaki menyalami ku tapi tidak pada teman perempuan yang lain, lalu ajeng hanya berkata “demi apa gitu itu..?”. aku hanya tersenyum saja melihat tingkahnya. Saat itu aku berusaha menghindarinya karena Lelaki seperti ingin selalu mengajakku bertemu. Hingga akhirnya kami pun bekerja, Lelaki di sebuah sekolah swasta islam yang cukup mahal di Surabaya, dan aku di sekolah swasta milik kampusku.

Waktu pun berlalu, hingga suatu hari pada saat aku pulang memberi les privat, mendadak motorku mengalami ban bocor. Sepulang dari tukang tambal ban, seseorang membunyikan bel berulang-ulang. Aku menoleh dan kaget karena aku bertemu lagi dengannya setelah hampir 6 tahun. Kami pun ngobrol di atas roda kami masing-masing yg berputar, sambil bercerita bahwa dirinya telah menikah. Aku lega dan tercekat sekaligus. Secara aku juga ingin menikah juga. Saat di persimpangan, secara spontan aku berteriak padanya..”Paak, aku minta maaf yaa..atas semua salah yang dulu. Semua hal yang bikin kamu sakit hati n kecewa ma semua sikapku..”. Sambil tersenyum, Lelaki hanya berkata “semua sudah kumaafkan dari dulu”. Aku tersenyum membalasnya sambil mengucap terima kasih dan salam. Lalu aku kembali mengejarnya, dan kembali berkata “doakan aku segera menikah seperti dirimu ya..”. Lelaki tertawa, lalu menambahkan “amien..aku selalu mendoakan kamu yang terbaik,dan yakin kamu pasti dapet yang terbaik.”. Aku menjawab “amieeen...makasiih yaa”. Lalu kami pun berpisah.

Dan sekarang aku baru merasa lega menyampaikan permintaan maaf dan semua perasaan bersalahku padanya. Karena memang semua takdir hidup kita hanya Hak Prerogatifnya Allah SWT. Tak kusangka itulah pertemuan terakhirku dengannya. Awal april 2012 kemaren aku baru mengetahui kalo dirinya sudah meninggal. Dan semalaman aku menangisi kepergiannya, menyesalkan semua sikap yang sudah kulakukan padanya, menyesal tak pernah mengetahui bahwa dia menyimpan sakit. Sebagai bentuk penyesalan dan menebus perasaan bersalahku padanya, kunyanyikan alunan Yassin untuknya. Sebuah doa untuk Lelaki yang baik hati. Tapi itulah hidup..ga ada yang tahu semua episode selanjutnya. Aku bersyukur bertemu orang sebaik Lelaki. Semoga Allah selalu menyertaimu dengan segala cintaNYA. Amiiieen...

Farewell, dear Lelaki... L

dengan tidak tahu, maka mereka yang menyadari kalau tidak ada yang sia-sia dalam kehidupan, akan selalu berbuat kebaikan

-Rembulan Tenggelam di Wajahmu-


0 komentar:

Posting Komentar